Maafkan kawan… baru kali ini saya bisa lebih meluangkan waktu untuk sedikit, ya sedikit saja, mereview novel yang sudah saya janjikan. kesibukan menulis tesis, sungguh menyita banyak waktu dan pikiran. dan ini pun hanya sebuah review saya, dan saya berusaha untuk tidak merampok kepenasaran kawan-kawan semua tentang cerita novel terakhir dari tetralogi laskar pelangi ini.
Novel terakhir dari tetralogi laskar pelagi ini diberi judul “Maryamah Karpov”. sepertinya judul ini sudah ada sejak novel laskar pelangi booming. Novel setelah 504 halaman ini merupakan jawaban kegelisahan pembaca-pembaca novel terdahulunya. setidaknya untuk saya. tapi ada satu kejanggalan yang saya temui, justru saya tidak menemukan Maryamah Karpov dalam novel “Maryamah Karpov”. entah mengapa Andrea melakukan hal itu?.
Seperti novel-novel sebelumnya. rangkaian kata yang dibuat Andrea mampu menyihir saya.. tak jarang tersenyum, tertawa, menangis, tegang, dan berbagai perasaan lainnya muncul ketika membaca novel ini. Bahkan beberapa kalimat terpaksa saya ulangi karena “indah tak terperi” (begitulah bahasa Andrea untuk menyatakan keindahan yang sangat).
Diawali dengan kisah yang mengenaskan (kalo boleh saya sebut demikian). Andrea dengan lihai mengisahkan tentang kenaikan pangkat ayahnya yang ternyata tidak jadi karena surat yang dikirim oleh mandor Djuasin adalah salah alamat. Ayahnya yang begitu pendiam dan begitu bening hatinya menerima kenyataan bahwa ia tidak jadi naik pangkat.
“Ayah, dengan penuh takzim menerima penjelasan itu. Beliau bahkan menyampaikan simpati akan betapa berat tugas Mandor Djuasin mengelola ribuan kuli, dan betapa Ayah berterima kasih pada Mandor karena telah mengiriminya surat yang bagus berlambang meskapai nan terhormat pula, serta menandatangani sendiri surat itu, meski surat itu salah alamat. Aku tak dapat menahan perasaanki. Air mataku berlinang-linang saat mengintip Ayah mengucapkan semua itu, karena dari balik pintu itu aku tahu makna ketulusan wajah ayahku. Sungguh bening hati lelaki pendiam itu, dan detik itu aku berjanji pada diriku sindiri, untuk menempatkan setiap kata ayahku di atas nampan pualam, dan aku bersumpah, aku bersumpah akan sekolah setinggi-tingginya, ke negeri mana pun, apa pun rintangannya, apa pun yang akan terjadi, demi ayahku” (halaman 11-12).
Pada bagian lain, Andrea mengisahkan sesuatu yang cukup mengerikan, namun tetap kita dapat dibuatnya tersenyum. sepaket, mengerikan juga kocak. Hal ini terlihat ketika Andrea mengisahkan tentang perjalanannya dari Jakarta ke Belitong menggunakan Kapal Lawit. Kapal Lawit sendiri sebenarnya tidak bertujuan akhir di Belitong, tujuan akhirnya adalah ke Kalimantan, dan singgah di Belitong. bukan singgah tepatnya, karena para penumpang diturunkan ditengah lautan yang sangat ganas oambaknya. hal ini terpaksa dilakukan oleh nahkoda kapal, karena perairan Belitong yang dangkal. Kisah yang cukup kocak adalah ketika Andrea bertemu dengan gadis-gadis melayu berbaju norak di bawah cerobong asap. menjelang tengah malam, gadis-gadis itu muntah sejadi-jadinya (ah kawan kalo anda baca sendiri tentu akan tiba-tiba tersenyum).
Di bagian lain, Andrea “memamerkan” pengetahuannya tentang budaya belitong. Andrea dengan lugas memaparkan kebiasaan memberikan julukan. Kisah tentang Muharam, sungguh membuat saya terpingkal-pingkal. Sudah menjadi kebiasaan orang Belitong untuk memberikan julukan pada seseorang. Ikal adalah salah satunya, ia dijuluki demikian karena memang rambutnya ikal. Celakanya julukan ini menjadi lebih populer ketimbang nama aslinya. bahkan nama julukan akan disematkan juga di pusara kuburan jika yang bersangkutan meninggal. Kembali ke kisah tentang Muharam. Awalnya Muhram ini tidak ada yang memberi nama julukan. Nama aslinya adalah Muharam Bilalludin bin Abidin Muchlasin. adalah seorang buta huruf. Kejadiannya ketika ada panjat pinang di kampungnya. karena hadiah-hadiah tidak mungkin digantungkan, maka panitia hanya menggantungkan karton yang bertuliskan Hadiah yang dimaksud. Setelah susah payah, akhirnya Muharam bisa berada di atas pohon pinang. teman-teman yang berada di bawah sudah bersahut-sahutan agar Muharam menggambil hadiah yang terbesar nilainya yaitu sepeda motor, televisi, radio, kasur busa dan kompor. Tapi Muharam yang buta huruf termangu-mangu saja memandangi puluhan karton. baginya sama saja. Akhirnya Muharam menyambar sekenanya saja, dan turun membawa karton bertuliskan : pompa sepeda, taplak meja, kapur barus, kaus kaki dan buku gambar. Sejak itu nama Muharam berubah menjadi Muharam Buku Gambar. Jelas Muharam tak sudi dengan julukan seperti itu. Akhirnya dia belajar membaca, sejak saat itu buku Terampil Mengenal Huruf Latin tak pernah jauh darinya. Setelah berbulan-bulan belajar, akhirnya saatnya membuktikan bahwa ia tak lagi buta huruf. Dengan percaya diri, datanglah Muharam ke tengah khalayak sambil membawa buku Terampil Mengenal Huruf Latin. Sangat meyakinkan, walaupun dengan sedikit terbata-bata. Dan khayakpun bertepuk tangan dan menyalami Muharam. Dan sejak saat itu nama Muharam Buku Gambar berubah menjadi Muharam Ini Budi.
Itulah sepenggal kisah yang ada dalam novel Maryamah Karpov ini. Novel ini ditulis dengan gaya parodi, filmis, teatrikal. banyak menggunakan kata-kata dan kalimat yang hiperbolik, yang justru menguatkan daya sihirnya.
Bagaimana dengan A Ling. Memang Andrea dengan semangatnya mencerikan perburuan A Ling. Karena A Ling jugalah Ikal menjelajahi hampir separuh bumi. Tapi apa yang terjadi ketika Ikal bertemu dengan A Ling. Ah tidak pantas jika saya menceritakannya disini.. Kejutankah atau apa.. silahkan anda menemukannya sendiri.